0

Pengertian dan Macam Jenis Gangguan Perilaku pada Anak

Pengertian dan Macam Jenis Gangguan Perilaku pada Anak.jpg

Deliquency atau gangguan tingkah laku merupakan gangguan utama lain dalam kelompok gangguan eksternalisasi. Definisi gangguan tingkah laku dalam DSM IV-TR memfokuskan pada perilaku yang melanggar hak-hak dasar orang lain dan norma-norma sosial utama. Hampir semua perilaku semacam itu juga melanggar hokum. Tipe perilaku yang dianggap sebagai simtom gangguan tingkah laku mencakup agresi dan kekejian terhadap orang lain atau hewan, merusak kepemilikan, berbohong, dan mencuri.

Gangguan tingkah laku merujuk berbagai tindakan yang kasar dan sering dilakukan yang jauh melampaui kenakalan dan tipuan praktis yang umum dilakukan anak-anak dan remaja. Seringkali perilaku tersebut ditandai dengan kesewenang-wenangan, kekejian, dan kurangnya penyesalan, membuat gangguan tingkah laku merupakan salah satu kriteria historis dalam gangguan kepribadian antisosial pada orang dewasa.

  • Pengertian dan Macam Jenis Gangguan Perilaku pada Anak

Gangguan Sikap Menentang (GSM) yang didiagnosis apabila seorang anak tidak memenuhi kriteria gangguan tingkah laku –yang paling utama, agresivitas fisik yang ekstrem- namun menunjukkan berbagai perilaku seperti kehilangan kendali emosinya, bertengkar dengan orang dewasa, berulangkali menolak mematuhi perintah orang dewasa, sengaja melakukan hal-hal yang mengganggu orang lain, mudah marah, kasar, mudah tersinggung dan mendendam. Dalam istilah sehari-hari, anak-anak ini secara sederhana disebut dengan ANAK NAKAL.

 

  1. Komorbid

Gangguan yang seringkali komorbid dengan GSM adalah ADHD, gangguan belajar dan gangguan komunikasi, namun GSM berbeda dengan ADHD dalam hal perilaku nakal yang dianggap tidak ditimbulkan oleh kurangnya konsentrasi dan impulsivitas yang besar → Anak-anak dengan GSM melakukan kegaduhan lebih dengan kesengajaan dibanding anak-anak dengan ADHD. Penyalahgunaan zat juga umum terjadi bersamaan dengan Gangguan Tingkah Laku. Kecemasan dan depresi secara umum dipandang sebagai masalah internalisasi umum di kalangan anak-anak dengan gangguan tingkah laku

 

  1. Kriteria Gangguan Tingkah Laku dalam DSM IV-TR:
  • Pola perilaku yang berulang dan tetap melanggar hak-hak dasar orang lain atau norma-norma sosial konvensional yang terwujud dalam bentuk tiga atau lebih perilaku dibawah ini (dalam 1 tahun terakhir dan minimal satu diantaranya 6 bulan terakhir):
  1. Agresi terhadap orang lain dan hewan → mengintimidasi, memulai perkelahian fisik, melakukan kekejaman fisik kepada orang lain atau hewan, memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual
  2. Menghancurkan kepemilikan (properti) → membakar, vandalisme
  3. Berbohong atau mencuri → masuk dengan paksa kerumah atau mobil milik orla, menipu, mengutil
  4. Pelanggaran aturan yang serius → tidak pulang kerumah hingga larut malam karena sengaja melanggar peraturan orang tua, sering membolos sekolah sebelum berusia 13 tahun

 

  • Disabilitas signifikan dalam fungsi sosial, akademik atau pekerjaan
  • Jika orang yang bersangkutan berusia lebih dari 18 tahun, kriteria yang ada tidak memenuhi gangguan kepribadian antisosial

3. Prognosis

Meskipun sebagian besar orang dewasa yang antisosial juga sangat antisosial semasa anak-anak, namun anak-anak yang mengalami gangguan tingkah laku tindak lantas menjadi orang dewasa yang antisocial. Mofflitt membedakan dua perjalanan masalah tingkah laku yang berbeda yaitu:

Beberapa individu tampaknya menunjukkan pola perilaku antisosial yang “tetap sepanjang hidup” dengan masalah tingkah laku yang bermula di usia 3th dan berlanjut menjadi kesalahan perilaku saat dewasa

“Terbatas di usia remaja” dimana orang-orang tersebut mengalami masa kanak-kanak yang normal, terlibat dalam perilaku antisosial dengan tingkat yang tinggi selama remaja dan kembali dengan gaya hidup yang tidak bermasalah saat dewasa

4. Etiologi

  • Faktor-faktor biologis → tidak terlalu memainkan peranan sebesar faktor lingkungan meski beberapa penelitian menemukan bahwa karakteristik temperamen yang berinteraksi dengan berbagai masalah biologis seperti kelemahan neuropsikologis berpengaruh terhadap kemunculan gangguan tingkah laku. Kelemahan neuropsikologis meliputi keterampilan verbal yang rendah, masalah dalam fungsi-fungsi kognitif (problem solving, memori).
  • Faktor-faktor psikologis → Perilaku agresif melalui modelling. Karakteristik pola asuh dengan disiplin keras dan tidak konsisten dan kurangnya pengawasan secara konsisten dihubungkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak.
  • Pengaruh dari Teman-teman seusia;
  • Penerimaan atau penolakan dari teman-teman seusia;
  • Afiliasi dengan teman-teman seusia yang berperilaku menyimpang.
  • Faktor-faktor Sosiologis → Kelas sosial dan kehidupan kota besar berhubungan dengan insiden kenakalan. Tingkat pengangguran tinggi, fasilitas pendidikan yang rendah, kehidupan keluarga yang terganggu, dan subkultur yang menganggap perilaku kriminal sebagai suatu hal yang dapat diterima terungkap sebagai factor-faktor yang berkontribusi

5. Intervensi

  • Intervensi Keluarga → dengan memberikan PMP (Pelatihan Manajemen Pola Asuh), dimana orang tua diajari untuk merubah berbagai respon terhadap anak-anak mereka sehingga perilaku prososial dihargai secara konsisten.
  • Penanganan Multisistemik → PMS dari Henggeler menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi kriminalitas. PMS meliputi pemberian berbagai layanan terapi intensif dan komprehensif di dalam komunitas dengan menargetkan para remaja, keluarga, sekolah dan dalam beberapa kasus juga kelompok sebaya.
  • Pendekatan Kognitif → Mengajarkan keterampilan kognitif kepada anak-anak untuk mengendalikan kemarahan mereka. Selain itu juga mengajarkan keterampilan penalaran moral kepada remaja yang mengalami gangguan perilaku di sekolah.

 

Daftar Pustaka :

Davidson, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. 2006.Psikologi Abnormal: Edisi ke-9. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Via       :

http://www.ilmupsikologi.com/2016/04/pengertian-dan-macam-jenis-gangguan.html?m=1

0

Macam-Macam Gangguan Mental Pada Anak Usia Dini

Macam-Macam Gangguan Mental Pada Anak Usia Dini.jpg

Dalam artikel ini kita akan mengenali berbagai macam gangguan anak. Beserta penyebab dan penanganan yang tepat. Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami berbagai jenis gangguan pada anak serta mengenali penangannya dengan tepat.

Klasifikasi Gangguan Pada Masa Kanak Kanak

Menurut DSM IV TR menuliskan secara garis besar gangguan pada masa anak adalah gangguan yang spesifik terjadi pada masa anak. Menurut Davison (2006) gangguan yang terjadi pada masa kanak-kanak diklasifikasikan menjadi dua kelompok :

  1. Gangguan eksternalisasi ditandai dengan perilaku yang diarahkan ke luar diri seperti agresivitas, ketidakpatuhan, overaktivitas dan impulsivitas
  2. Gangguan internalisasi ditandai dengan pengalaman dan perilaku yang terfokus ke dalam diri. Misalnya, depresi, menarik diri, kecemasan, gangguan mood pada anak.

Macam-Macam Gangguan Mental Pada Anak Usia Dini_

A. Cacat Mental

Cacat mental adalah seseorang yang memiliki kelainan dan keterbatasan mental sehingga menghambat seseorang untuk menjalankan aktivitas sehari-hari Dalam ilmu Psikologi cacat mental atau keterbelakangan mental biasa disebut dengan istilah Retardasi Mental. Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya hendaya / ketidakberdayaan ketrampilan selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.

  1. Disabilitas yang parah dalam fungsi sosial, akademik atau pekerjaan
  2. Tidak terdapat karakteristik gangguan lain seperti skizofrenia, gangguan anxietas atau gangguan mood
  • Kriteria Retardasi Mental atau Cacat Mental

Kriteria retardasi mental dalam DSM IV TR didefinisikan sebagai suatu gangguan dengan kriteria :

  • Fungsi intelektual yang sangat di bawah rata-rata (IQ < 70)
  • Kurangnya perilaku adaptif : Menjalankan aktivitas sehari-hari (menggunakan toilet dan berpakaian, berbelanja, makan, menggunakan transportasi umum, berinteraksi dengan orang lain)

 

  • Klasifikasi Retardasi Mental atau Cacat Mental
  • Retardasi mental ringan (IQ 50-70) : Masih mampu menjalankan kehidupan sehari-hari dengan bimbingan yang cukup. Masih bisa menjalankan tugas yang berkaitan dengan ketrampilan atau non akademik
  • Retardasi mental sedang (IQ 35-50) : Mampu menjalankan kehidupan sehari-hari namun terlambat dan perlu pengawasan sepanjang hidup.
  • Retardasi mental berat (IQ 20-35) : Memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Hanya dapat melakukan aktivitas yang terbatas
  • Retardasi mental sangat berat (< 25) : Membutuhkan supervisi total dan sering kali harus diasuh sepanjang hidup mereka

 

  • Etiologi Retardasi Mental dan Cacat Mental

Tidak terdapat etiologi yang dapat diidentifikasi : kelompok sosioekonomi, etnis dan ras.

Etiologi biologis yang diketahui :

  • Anomali genetik dan kromosom
  • Penyakit gen resesif : Fenilketonuria. Defiansi enzim hati yang menyebabkan kerusakan otak
  • Penyakit infeksi : rubella
  • Kecelakaan
  • Bahaya lingkungan

 

  • Intervensi Retardasi Mental dan Cacat Mental
  • Penanganan residensial : Lembaga pendidikan dan pelatihan, asrama
  • Intervensi berbasis perilaku : Reward dan punishment, token ekonomi
  • Intervensi Kognitif : Latihan instruksional diri
  • Instruksi dengan bantuan komputer

 

B. Disabilitas Belajar

Merujuk pada kondisi tidak memadainya perkembangan dalam suatu bidang akademik tertentu, bahasa, berbicara, atau keterampilan motorik yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, autisme, gangguan fisik yang dapat terlihat atau kurangnya kesempatan pendidikan

 

  • Klasifikasi Disabilitas Belajar

Menurut Davison (2006) gangguan perkembangan belajar dibagi menjadi 3 yaitu :

  1. Gangguan Membaca : Gangguan ini biasanya dikenal dengan disleksia. Mengalami kesulitan belajar untuk mengenali kata, memahami bacaan, menulis ejaan.
  2. Gangguan Menulis : Gangguan ini biasanya ditandai dengan ketidakmampuan untuk menyusun kata tertulis
  3. Gangguan Berhitung : Kesulitan bekerja dengan hal hal yang berkaitan dengan angka meliputi mengenal angka dan menghitung angka

 

  • Etiologi Disabilitas Belajar
  1. Abnormalitas otak yang kemungkinan bersifat keturunan
  2. Abnormalitas otak yang dikarenakan adanya mikroskopik pada lokasi, jumlah dan pengaturan neuron.

 

Daftar Pustaka :

Davison. dkk (2006). Psikologi Abnormal. Edisi ke 9. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perdasa

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (1993). Jakarta : Departemen Kesahatan RI

Instrumen Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Pada Balita dan Anak Prasekolah. (2006). Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Via          :

http://www.ilmupsikologi.com/2016/03/macam.macam.gangguan.mental.pada.anak.usia.dini.html?m=1

0

Definisi & Perbedaan Normal dan Abnormal dalam Psikologi

Definisi & Perbedaan Normal dan Abnormal dalam Psikologi.jpg

Studi psikopatologi merupakan suatu upaya mencari penyebab mengapa orang memiliki perilaku, pikiran dan perasaan yang tidak diharapkan, kadangkala aneh dan umumnya merusak diri sendiri

Mendefinisikan perilaku abnormal bukanlah pekerjaan yang mudah. Perilaku abnormal tidaklah cukup dipandang dari satu karakter tunggal. Berikut adalah beberapa karakteristik untuk mendefinisikan perilaku abnormal (Davidson, 2006):

  1. Kejarangan Statistik

Salah satu perilaku abnormal adalah perilaku tersebut jarang ditemukan. Kurva normal atau kurva berbentuk lonceng menempatkan mayoritas manusia di bagian tengah dalam kaitan dengan karakteristik tertentu; sangat sedikit yang berada di kedua bagian ekstrem. Seseorang dianggap normal merujuk bahwa orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata pola trait atau perilaku tertentu.

Walaupun beberapa perilaku atau karakteristik yang jarang terjadi yang terdapat pada orang-orang tertentu kita anggap sebagai sesuatu yang abnormal, dalam beberapa kasus tidak terdapat hubungan sama sekali. Memiliki kemampuan atletik yang hebat merupakan sesuatu yang jarang terjadi, namun beberapa orang melihatnya sebagai bagian dari psikologi abnormal. Orang yang memiliki IQ tinggi (idiot savant) juga dikategorikan sebagai abnormalitas. Komponen statistic hanya memberikan sedikit panduan bagi kita dalam menentukan perilaku mana yang jarang terjadi yang harus dipelajari para psikopatolog.

2. Pelanggaran Norma  

Karakteristik lain yang dipertimbangkan dalam menentukan abnormalitas adalah apakah perilaku tersebut melanggar norma sosial atau mengancam atau mencemaskan mereka yang mengamatinya. Namun ada keterbatasan juga dalam kriteria ini karena keragaman budaya dapat mempengaruhi bagaimana orang-orang memandang norma social dalam satu budaya mungkin dianggap abnormal dalam budaya lain.

3. Distress Pribadi

Karakteristik lain dari beberapa bentuk abnormalitas adalah tekanan pribadi yaitu perilaku dinilai abnormal jika menciptakan tekanan dan siksaan besar pada orang yang mengalaminya. Distress pribadi jelas sesuai dengan banyak bentuk abnormalitas (misal orang-orang yang mengalami gangguan anxietas dan depresi benar-benar sangat menderita. Namun beberapa gangguan tidak selalu menyebabkan distress. Contohnya Psikopat memperlakukan orang lain dengan tanpa perasaan dan mungkin terus-menerus melanggar hukum tanpa sedikitpun merasa bersalah, menyesal, ataupun cemas. Dan tidak semua bentuk distress (misalnya kelaparan atau rasa sakit ketika melahirkan) menjadi bagian dari studi abnormalitas.

4. Disabilitas dan Disfungsi Perilaku

Disabilitas yaitu ketidak mampuan individu dalam beberapa bidang penting dalam hidup (misalnya hubungan kerja atau pribadi) karena abnormalitas, juga dapat menjadi komponen perilaku abnormal. Contohnya gangguan penggunaan zat sebagian ditentukan oleh disabilitas social atau pekerjaan (misalnya kinerja yang rendah ditempat kerja, pertengkaran serius dengan pasangan dll yang disebabkan penyalahgunaan zat.

5. Yang tidak diharapkan (Unexpectedness)

Tidak semua distress atau disabilitas masuk dalam bidang psikologi abnormal. Distres dan disabilitas seringkali dianggap abnormal bila hal tersebut merupakan respons tidak diharapkan terhadap stressor lingkungan. Sebagai contoh, gangguan kecemasan didiagnosis bila kecemasan tidak diharapkan dan diluar proporsi dalam suatu situasi, sebagaimana bila seseorang selalu cemas akan situasi keuangannya

Sejarah Psikopatologi

  • Demonologi Awal

Doktrin bahwa wujud yang jahat, seperti setan, mungkin merasuki seseorang dan mengendalikan pikiran dan tubuhnya seringkali disebut dengan Demonologi. Pemikiran-pemikiran demonologis terdapat pada berbagai manuskrip Cina, Mesir Babilonia dan Yunani Kuno. Sejalan dengan kepercayaan bahwa perilaku abnormal disebabkan oleh kerasukan ruh jahat, penanganannya seringkali mencakup eksorsisme, yaitu pengusiran roh jahat dengan mantera atau siksaan ritualistic. Eksorsisme umumnya berbentuk serangkaian doa yang rinci, menciptakan suara bising, memaksa orang yang kerasukan untuk minum ramuan yang rasanya sangat tidak enak, dan kadangkala tindakan yang lebih ekstrim seperti pemukulan atau dibuat kelaparan agar tubuh tidak mengenakkan untuk ditempati ruh jahat.

  • Somatogenesis

Pada abad ke-5 SM, Hippocrates seringkali dianggap bapak ilmu kedokteran modern, yang memisahkan ilmu kedokteran dari agama, sihir dan takhayul. Dia menolak kepercayaan Yunani yang diyakini pada masa itu bahwa para dewa memberikan penyakit fisik berat dan gangguan mental sebagai hukuman.

Hippocrates berpendapat bahwa otak adalah organ kesadaran kehidupan intelektual dan emosi, sekaligus dia berpendapat bahwa pikiran dan perilaku yang menyimpang adalah indikasi terjadinya suatu patologi otak. Hippocrates seringkali dianggap sebagai salah satu pelopor somatogenesis – suatu istilah yang menunjuk bahwa masalah yang terjadi pada soma, atau tubuh fisik, akan mengganggu pikiran dan tindakan.

Hippocrates mengklasifikasikan gangguan mental kedalam tiga kategori antara lain: mania, melankolia à depresi dan prenitis atau demam otak à schizophrenia. Dia juga mewariskan catatan sangat rinci yang menggambarkan berbagai simtom yang dewasa ini dikenal terdapat dalam epilepsy, delusi alkoholik, stroke dan paranoia.

Hipocrates percaya bahwa fungsi otak yang normal, demikian juga kesehatan mental bergantung pada keseimbangan yang baik diantara empat humor atau cairan tubuh yaitu darah, cairan empedu hitam, cairan empedu kuning, dan lender. Ketidak seimbangan antara keempatnya akan menyebabkan gangguan. Jika seseorang lambat dan tumpul, sebagai contoh, kemungkinan tubuh mengandung cairan lendir yang lebih banyak. Cairan empedu hitam yang dominan adalah penyebab melankolia; terlalu banyak cairan empedu kuning menyebabkan mudah tersinggung dan kecemasan; dan terlalu banyak darah menyebabkan berubah-ubahnya temperamen.

  • Sistem Klasifikasi Awal

Emil Kraepelin (1856-1926) menulis sebuah buku teks psikiatri pada tahun 1883 yang dilengkapi dengan system klasifikasi dalam upaya menetapkan sebab-sebab biologis berbagai penyakit jiwa. Kraepelin membedakan berbagai gangguan mental berdasarkan kecenderungan sejumlah simtom (gejala) tertentu, yang disebut sindrom, yang muncul bersamaan secara teratur sehingga dapat dianggap memiliki sebab fisiologis yang mendasarinya, seperti halnya penyakit medis tertentu dan sindromnya mungkin disebabkan disfungsi biologis. Dia beranggapan bahwa setiap penyakit jiwa berbeda dari yang lainnya, memiliki awal/penyebab, simtom, perjalanan, dan hasil tersendiri. Walaupun berbagai pengobatan tidak memberikan hasil, setidaknya perjalanan penyakit dapat diprediksikan.

Kraepelin mengusulkan dua kelompok utama penyakit mental berat: demensia precox, istilah awal untuk schizophrenia dan psikosis manik-depresif. Dia menduga bahwa ketidakseimbangan kimiawi merupakan sebab skizofreniadan ketidakteraturan metabolism sebagai penyebab psikosis manik-depresif.

KLASIFIKASI MODERN

Klasifikasi Abnormalitas dan Psikopatologi abad modern ini diatur menggunakan beberapa panduan sebagai berikut:

  • DSM (Diagnosis and Statistical Manual) à American Psychiatric Association (APA) dan DSM IV-TR (Text Revision)
  • ICD (International Classification of Diseases) à WHO dan ICD-10
  • PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa) à Indonesia dan PPDGJ-3 (terjemahan dari ICD-10)

Beberapa inovasi besar membedakan edisi ketiga dan versi DSM selanjutnya. Salah satu perubahan tersebut adalah penggunaan klasifikasi multiaksial, dimana setiap individu diukur berdasarkan lima dimensi yang berbeda atau aksis.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

  • Aksis I : Semua kategori diagnostik kecuali gangguan kepribadian dan retardasi mental)
  • F00-F09 = Gangguan mental organic
  • F10-F19 = Gangguan mental akibat zat psikoaktif
  • F20-F29 = Skizophrenia, Gangguan skizotipal & Gangguan waham
  • F30-F39 = Gangguan suasana perasaan (Mood)
  • F40-F48 = Gangguan neurotik, Somatoform dan Gangguan terkait stress
  • F50-F59 = Sindroma perilaku yang berhubungan dengan fisiologis
  • F60-F69 = Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
  • F80-F89 = Ganguuan perkembangan psikologis
  • F90-F98 = Gangguan perilaku dengan onset masa kanak-kanak dan remaja
  • F99= Gangguan jiwa YTT (Yang Tidak Tergolongkan)

 

  • Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
  • Gangguan kepribadian Paranoid
  • Skizoid
  • Skizotypal
  • Antisosial (psikopat)
  • Borderline
  • Histrionik
  • Narcissistic

 

  • Aksis III : Kondisi Medis umum (Gangguan Fisik)
  • Infeksi
  • Penyakit endokrin, nutrisi dan metabolic
  • Penyakit susunan syaraf
  • Penyakit sistem pernapasan
  • Penyakit sistem pencernaan
  • dsb

 

  • Aksis IV : Masalah Psikososial & lingkungan
  • Problem perkawinan
  • Pengasuhan anak
  • Problem interpersonal (pacaran, pertengkaran dengan tetangga, teman)
  • Keuangan
  • Sakit fisik
  • Trauma tsunami
  • Terkait dengan hukum

 

  • Aksis V : Penilaian Fungsi Global (GAF: Assessment of Functioning (GAF) à level keberfungsian saat ini
  • 100-91= gejala tidak ada, fungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi
  • 90-81= gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian
  • 80-71= gejala sementara& dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah
  • 70-61= beberapa gejala ringan& mentap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

 

CLINICAL ASSESSMENT (PEMERIKSAAN KLINIS)

Proses pengumpulan informasi mengenai suatu gejala penyakit dari berbagai sumber, agar dapat digunakan untuk mendiagnosa, mencari kemungkinan penyebab, membuat prognosis dan menentukan terapi suatu penyakit.

Data yang dikumpulkan antara lain:

  1. Anamnesa : riwayat penyakit
  2. Auto anamnesa : informasi riwayat penyakit dari pasien sendiri
  3. Allo anamnesa : informasi riwayat penyakit dari keluarga, teman, tetangga dsb

Metode Pemeriksaan :

  1. Wawancara Klinis
  2. Observasi
  3. Tes Psikologis

Wawancara Klinis

  1. Rapport : menjalin hubungan yang saling percaya
  2. Intake interview: wawancara awal untuk mengungkap permasalahan (presenting problems)
  3. Wawancara terstruktur

Hal-hal yang diungkap:

  1. Perilaku abnormal
  2. Hal-hal yang mengganjal pikiran, perasaan
  3. Perasaan tidak enak
  4. Kondisi yang menimbulkan masalah
  5. Riwayat sebelumnya
  6. Bagaimana masalah itu mempengaruhi kondisi klien sekarang

Informasi yang diperlukan

  1. Identitas pribadi: sosiodemographic data
  2. Deskripsi dari presenting problems
  3. Psychosocial history
  4. Medical/psychiatric history
  5. Family relationship

Mental status examination

  1. Penampilan
  2. Perilaku
  3. Orientasi
  4. Memory
  5. Sensory
  6. Persepsi
  7. Afek
  8. Mood
  9. Proses pikiran
  10. Insight

Judgement

  1. Untuk menemukan lokasi tumor, luka atau abnormalitas otak
  2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
  3. Akurasi lebih besar dari CT scan
  4. Neuro Imaging

Daftar Pustaka

Davidson, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. 2006.Psikologi Abnormal: Edisi ke-9. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Via

http://www.ilmupsikologi.com/2016/03/definisi.dan.perbedaan.normal.dan.abnormal.dalam.psikologi.html?m=1

0

Pengertian dan Penyebab Gangguan Skizofrenia Menurut Ahli

Pengertian dan Penyebab Gangguan Skizofrenia Menurut Ahli.jpg

Artikel ini akan membahas mengenai karakteristik gangguan skizofrenia. Beserta penyebab dan penanganan yang tepat. Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami karakteristik gangguan skizofrenia serta mengenali penangannya dengan tepat.

  • Skizofrenia

Menurut Davison.dkk (2006) skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi dan perilaku.

Menurut Maslim (2013) dalam buku Panduan Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III skizofrenia merupakan sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.

  • Pengertian dan Penyebab Gangguan Skizofrenia Menurut Ahli

A. Kriteria Gangguan Skizofrenia

Menurut Davison.dkk (2006) individu dengan gangguan skizofrenia memiliki karakteristik sebagai berikut :

  • Berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis
  • Persepsi dan perhatian yang keliru
  • Afek yang datar atau tidak sesuai
  • Aktivitas motorik yang bizarre
  • Menarik diri dari orang lain dan kenyataan

B. Simtom Klinis Skizofrenia

Menurut Davison.dkk (2006) simtom yang dialami pasien skizofrenia mencakup gangguan dalam beberapa hal penting diantaranya :

  • Pikiran
  • Persepsi
  • Perhatian
  • Perilaku motorik
  • Afek atau emosi
  • Keberfungsian hidup

C. Simtom Umum Skizofrenia

Simtom pada gangguan skizofrenia diantaranya meliputi :

  • Simtom Positif
  • Simtom Negatif
  • Simtom Disorganisasi
  • Simtom Lain

a. Simtom Positif

Davison.dkk (2006) mengungkapkan bahwa simtom positif mencakup hal-hal yang berlebihan dan distorsi. Hal itu meliputi :

  1. Delusi (Waham) : Keyakinan yang berlawanan dengan kenyataan. Waham antara lain:
  • Waham curiga,
  • Waham kebesaran
  • Waham berdosa
  • Waham cemburu.
  • Waham Bizarre. Misalnya :
  • Pasien yakin bahwa pikiran yang bukan berasal dari dirinya dimasukkan ke dalam pikiran oleh suatu sumber eksternal.
  • Pasien yakin bahwa pikiran mereka disiarkan dan ditransmisikan sehingga orang lain mengetahui apa yang mereka pikirkan.
  • Pasien berpikir bahwa pikiran mereka telah dicuri secara tiba-tiba dan tanpa terduga oleh sesuatu kekuatan eksternal.
  • Pasien yakin bahwa perasaan atau perilaku mereka dikendalikan oleh sesuatu kekuatan eksternal.

2. Halusinasi : Suatu pengalaman indrawi tanpa adanya stimulasi dari lingkungan. Halusinasi tersebut meliputi :

  • Halusinasi Visual
  • Halusinasi Auditorik
  • Halusinasi Olfaktori

3. Ilusi : Interpretasi yang salah terhadap suatu obyek yang dilihat. Seolah-olah seperti melihat seseorang jalan di atas gedung padahal tidak ada yang berjalan.

b. Simtom Negatif

  1. Avoilition : Kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan aktivitas rutin
  2. Alogia : Ditunjukkan dari miskinnya isi percakapan
  3. Anhedonia : Ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan
  4. Afek Datar : Tidak ada stimulus yang dapat memunculkan respon emosional
  5. Asosialitas : Mengalami ketidakmampuan parah dalam hubungan sosial

c. Simtom Disorganisasi

Mencakup disorganisasi pembicaraan dan perilaku aneh (bizarre). Disorganisasi pembicaraan merujuk pada masalah dalam mengorganisasi berbagai pemikiran dalam bicara. Disorganisasi pembicaraan meliputi :

  1. Inkoherensi : Tidak ada saling keterkaitan satu sama lain dalam suatu percakapannya.
  2. Asosiasi Longgar atau Derailment : Terlalu banyak ide atau pokok pikiran dalam suatu percakapan. Sulit fokus pada satu ide pokok pikiran.
  3. Perilaku aneh

d. Simtom Lain

  1. Katatonia : Para pasien dapat melakukan suatu gerakan berulang kali, menggunakan urutan yang aneh.
  2. Imobilitas Katatonia : Menunjukkan berbagai postur yang tidak biasa dan tetap dalam posisi demikian dalam waktu yang lama.
  3. Afek yang tidak sesuai : Respon emosional yang tidak sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

 

 

  • Etiologi

Berikut ini akan dipaparkan beberapa penyebab gangguan skizofrenia dari berbagai sudut pandang.

A. Data Genetik

  • Studi Keluarga : Kerabat pasien skizofrenia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami skizofrenia. Risiko tersebut semakin tinggi bila hubungan kekerabatan semakin dekat
  • Studi Orang Kembar : Kembar identik cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami skizofrenia
  • Kembar identik memiliki gambaran struktur otak yang memiliki kemiripan.
  • Studi Adopsi : Menemukan bahwa keturunan atau faktor genetik untuk menurunkan gangguan skizofrenia

B. Faktor Biokimia

  • Aktivitas Dopamin
  • Perbedaan struktur otak individu yang normal dan skizofrenia. Aktivitas neurotransmitter dopamin yang berlebihan.

C. Faktor Sosial

  • Kelas Sosial dan Skizofrenia

Beberapa orang percaya bahwa stresor yang berhubungan dengan kelas sosial rendah dapat menyebabkan atau berkontribusi terjadinya skizofrenia yaitu hipotesis sosiogenik. Stressor itu diantaranya :

  • Perlakuan merendahkan yang diterima seseorang dari orang lain
  • Tingkat pendidikan yang rendah
  • Kurangnya penghargaan dari orang lain
  • Rendahnya motivasi dan kurangnya kemampuan dalam menghadapi permasalahan yang ada

 

  • Keluarga dan Skizofrenia. Penyebab itu diantaranya adalah :
  • Hubungan anak dan orangtua
  • Komunikasi yang terjalin antara anak dan orangtua

 

  • Penanganan

Penanganan Biologis

  1. Terapi Kejut. Terapi kejut itu diantaranya adalah :
  • Elektrikonvulsif (ECT)
  • Lobotomi Prefrontalis
  • Psychosurgery
  1. Terapi Obat. Biasanya menggunakan obat-obatan anti psikotik.
  2. Penanganan Psikologis.
  3. Terapi Psikodinamika.
  4. Pelatihan Ketrampilan Sosial
  5. Terapi keluarga dan Mengurangi Ekspresi Emosi
  6. Manajemen fungsi kognitif

 

Daftar Pustaka

Davison. dkk (2006). Psikologi Abnormal. Edisi ke 9. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perdasa

Maslim, R. (2013). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III Jakarta : Departemen Kesahatan RI

Tim Dokter Rumah Sakit Jiwa Magelang (2005). Catatan Tentiran Kasus Psikiatri. Magelang: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Via

http://www.ilmupsikologi.com/2016/04/pengertian-dan-penyebab-gangguan.html?m=1

0

Contoh Kasus Pernyataan Sebagai Saksi atau Saksi Ahli

Contoh            :

Psikolog tidak memberikan kesaksian sebenarnya berdasarkan pemeriksaan Psikologis.

Analisis kasus  :

Dalam kasus seorang psikolog sebagai saksi ahli akan dinyatakan bersalah dan melanggar pasal 59 berdasarkan kode etik Psikologi Indonesia HIMPSI pada bab X tentang pernyataan sebagai saksi atau saksi ahli, yaitu Psikologi dalam memberikan kesaksian sebagai saksi ataupun saksi ahli harus bertujuan untuk meneggakkan kebenaran dan keadilan dan dalam menyusun hasil penemuan psikologi forensik atau membuat pernyataan dari karakter psikologi seseorang berdasarkan standar pemeriksaan psikologi. Hal ini menyangkut ketetapan psikolog dimana ia harus memberikan kesaksian yang sebenarnya berdasarkan pemeriksaan Psikologis dimana seorang psikolog harus menegakkan kebenaran dan keadilan.

0

Contoh Kasus Penyimpangan Tentang Eksploitasi

Contoh :

Pelanggaran kode etik tersebut adalah fenomena yang terjadi pada dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan kita mengenal adanya bimbingan konseling atau yang sering disingkat sebagai BK. Tugas BK adalah memberikan layanan bagi para siswa baik itu siswa SD, SMP, ataupun SMA terkait dengan permasalahan yang dihadapi mereka dengan cara konseling. Keterampilan konseling merupakan salah satu keahlian yang dimiliki oleh seorang psikolog, akan tetapi dalam kenyataannya banyak guru BK yang menjadi psikolog dadakan apabila siswanya menghadapi permasalahan. Mereka memberikan sesi konseling dengan pengetahuan seadanya yang mereka miliki. Lebihdari itu, terkadang guru bimbingan konseling yang bukan berasal dari profesi psikologi bahkan berani memberikan tes psikologi pada siswa bimbingannya. Padahal seharusnya yang berwenang untuk memberikan tes psikologi pada klien hanya psikolog. Ini merupakan pelanggaranserius yang banyakterjadi di Indonesia.

Analisis Kasus :

Dalam tindakan tersebut dapat kita lihat dari sisi negative yaitu, sang guru Bk melakukan konseling tanpa adanya pengetahuan yang pencukupi. Hal ini tentu termasuk pelanggaran kode etik pada Bab II pasal 4 tentang penyalah gunaan di bidang psikologi, yang menjelaskan terhadap pelanggaran dan penilaian salah terhadap kerja mereka. Dan adanya pemberian bimbingan konseling yang bukan bersal dari profesi. Dan terkait pada Bab IV Hubungan Antar Manusia pasal 13 tentang sikap profesi, dimana yang harus memberikan layanan psikologi kepada semua pihak yang membuhtuhkan. Dan Bab VI Iklan dan Pernyataan Publik pasal 28 tentang pertanggung jawaban dimana sebagai psikolog harus bersikap bijaksana, jujur, teliti, dan hati-hati dan membangun diri untuk lebih mendasarkan pada kepentingan umum dari pada pribadi atau golongan. Serta dalam sisi positif, yaitu dimana guru yang selain Psikologi boleh member layanan kesehatan jika mendesak dan tidak terdapat psikolog lalu jika sudah terdapat psikolog maka layanan kesehatan tersebut harus dialihkan kepada yang lebih kompeten seperti yang tertera pada Bab III kompetensi pasal 12 tentang pemberian layanan psikologi dalam keadaan darurat.

Sumber: Kelompok 5 Kode Etik IPA06

0

Contoh Kasus Penyimpangan Tentang Eksploitasi

Contoh :

Lulusan S1 psikologi tentunya tidak semuanya akan melanjutkan ke magister profesi. Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki oleh administrator alat tes adalah seseorang yang telah memilikili sensi sebagai seorang psikolog. Apabila lulusan S1 telah diajarkan administrasi alat tes, maka tidak mustahil apabila dalam dunia kerjanya mereka memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki terkait dengan penggunaan alat tes. Hal ini yang banyak terjadi, terutama di daerah luar Jawa. Pelanggaran yang lebih parah dari yang telah disebutkan adalah penggunaan alat tes psikologi oleh orang yang sama sekali tidak memiliki dasar dalam ilmu psikologi, baik itu S1, atau pun profesi psikolog.

Analisis Kasus :

Dalam Kasus yang jelas menyatakan seorang psikologi telah melanggar apa yang ia ketahui tertulis pada pelanggaran kode etik Psikologi Indonesia HIMPSI pada Bab II pasal 4 tentang penyalah gunaan di bidang psikologi, yang menjelaskan terhadap pelanggaran dan penilaian salah terhadap kerja mereka, yaitu dengan senaknya menggunakan alat tes tanpa memiliki lisensi. Dan Bab IV Hubungan Antar Manusia Pasal 18 tentang Eksploitasi pada butir 1 (a) menjelaskan tentang memanfaatkan atau eksploitasi terhadap pribadi atau pihak-pihak lainnya untuk menjalankan pemeriksaan psikologi. Karena pada Bab VIII Pendidikan dan Pelatihan dan pasal 47 menjelaskan sebagai psikologi harus memenuhi aturan professional dan ketentuan yang berlaku, baik dalam perencanaan, termasuk dalam hal izin penelitian termasuk dalam menggunakan alat tes penelitian. Terutama yang menyangkut harga diri seorang psikologi Bab VI Iklan dan Pernyataan Buruk pasal 32 tentang iklan diri yang berlebihan,  Hal ini menyangkut ketetapan seorang psikologi dimana ia akan terjun langsung dalam masyarakat dalam bentuk`pelayanan kesehatan maka seorang psikologi harus menjelaskan kemampuan atau keahlian dan bersikap jujur, wajar, tidak berlebihan untuk menghindari kekeliruan dalam mengdiagnosis permasalahan.

Sumber: Kelompok 5 Kode Etik IPA06

1

Metode-Metode dalam Psikologi Pendidikan Beserta Contoh

  1. Metode Intropeksi

Adalah pengamatan ke dalam diri sendiri atau self observation yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu. Contoh metode intropeksi seperti jika Azka ingin presentasi di depan kelas, Azka selalu sakit perut. Azka ingin mengetahui kenapa dia selalu sakit perut jika setiap presentasi jadi Azka menggunakan metode intropeksi yaitu melakukan pengamatan kedalam dirinya sendiri dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.

  1. Metode Observasi

Adalah kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga yang diperoleh melalui observasi merupakan data Overt Behavior  (perilaku yang tampak). Contoh metode observasi seperti kita mengobservasi kenapa di mall sering ada anak kecil yang rewel atau sering nangis-nangis hingga terjatuh-jatuh di lantai. Ternyata setelah di observasi kenapa anak yang mempunyai emosi yang tinggi disebut anak yang tatum, mereka seperti itu karena mereka ingin dibelikan mainan tetapi tidak di beli kan oleh orang tuanya sehingga anak kecil itu menjadi seperti itu.

  1. Metode Klinis

Adalah mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasus-kasus perilaku menyimpang. Contohmya seperti anti sosial, gangguan emosional, gangguan belajar dan keterbelakangan yang menjadi kasus penyimpangan sosial. Mempunyai 2 studi kasus:

  1. Studi Kasus Klinis digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran belajar, gangguan emosional, juga untuk masalah deliquency (kenakalan remaja), kemudian di analisis dan diinterpretasikan untuk menemukan sebab-sebab yang menimbulkan masalah tersebut.
  2. Studi Kasus Perkembangan Digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya perkembangan dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya, bagaimana perkembangan emosi anak umur 6-9 tahun sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran matematika yang tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.

Ada 2 macam pendekatan:

  • Pendekatan Longitudinal dalam jangka waktu tertentu pada subjek yang sama, contoh kita mengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3 tahun (dari usia 6 sampai 9 tahun)
  • Pendekatan Cross-Sectional dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel yang mewakili usia anak yang ingin diteliti. Contohnya kita menggunakan sekelompok anak usia 6 tahun untuk mengetahui kondisi emosi anak usia 6 tahun. Sekelompok anak usia 7 untuk mengetahui kondisi emosi anak usia 7 dan seterusnya sampai akhirnya kita ambil sampel dari sekelompok anak usia 9 untuk mengetahui kondisi anak usia 9. Kemudian diambil kesimpulan perkembangan emosi setiap tingkat usia sehingga dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6 sampai 9
  1. Metode Diferensial

Adalah meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat diantara anak didik. Contohnya kita mengadakan tes untuk mengetahui minat, bakat, skill dan lain-lain yang dimiliki setiap individu.

  1. Metode Ilmiah

Adalah menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode ilmiah suatu presedur yang sistematik dan objektif. Contohnya permasalahan bullying yang sering terjadi di kalangan belajar terutama di sekolah menengah atas harus segara di selesaikan dengan metode-metode yang bisa di pertanggung jawabkan dan diterapkan secara universal. Perilaku secara ilmiah mengenai suatu masalah yang didasarkan atas empat asumsi dasar, yaitu:

  • Empirisme melakukan pengujian terhadap pernyataan-pernyataan , hasil-hasil pemikiran, hasil-hasil diskusi atau seminar dan isu-isu yang ada dan hidup dalam masyarakat secara empirik (diuji dengan data lapangan).
  • Determinisme dalam kehidupan alam terdapat hukum-hukum atau tata tertib yang mengaturnya. Untuk dapat memahami perilaku anak didik, pendidik harus melakukan observasi tentang kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang terdapat disekitar terjadinya perilaku tersebut.
  • Asumsi / Persimony peneliti jangan cepat puas setelah mendapatkan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa, tetapi lebih jauh lagi berusaha mendapatkan kejelasan yang logis bagaimana hubungan sebab akibat tersebut dapat terjadi.
  • Pestabilitas (Pestability) suatu penelitian harus dapat atau sanggup untuk diuji kembali.
  1. Metode Eksperimen

Adalah melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang diperkirakan dapat “mencemari/mengotori” hasil penelitian. Contoh fasilitas yang dimiliki sekolah A memiliki proyektor, Lcd dan fasilitas lengkap lainnya. Sedangkan sekolah B tidak memiliki fasilitas yang dimiliki sekolah A, bagaimana proses perbedaan pembelajaran (fokus) anak yang terjadi diantara kedua sekolah tersebut.  Metode ini menggunakan suatu prosedur sistematik yang disebut sebagai ex-perimental design (rancangan eksperimen). Memiliki dua pengertian.

  1. Adanya langkah-langkah sistematik seperti dalam langkah-langkah penelitian ilmiah
  • Ada masalah (problem)
  • Kumpulkan konsep/teori yang sesuai problem
  • Alternatif jawaban/hipotesis
  • Diuji secara empirik dengan data lapangan
  • Kesimpulan dan generalisasi

2. Suatu prosedur yang sesuai dengan subjek bagi kondisi-kondisi eksperimen yang ada serta pemilihan teknik statistik yang sesuai.

0

Pengertian dan Contoh Konsep Motivasi

Berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force) “dorongan” atau rangsangan atau “daya penggerak” yang ada dalam diri seseorang. Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal (misalnya ingin belajar dengan baik agar mendapatkan lapangan pekerjaan dengan gaji yang baik), maupun faktor internal (lapar ingin makan, haus ingin minum). Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut dengan motivasi.

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini diantaranya adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Arti motivasi adalah ‘alasan’ yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi yang tinggi dapat diartikan sebagai orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan ‘semangat’, seperti contoh dalam percakapan “saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi”. Statemen ini bisa diartikan, orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.

Contoh dari motivasi adalah    :

3.pngAda dua orang penambang berlian. Penambang yang berada di bawah sudah hampir mendekati tempat berlian itu, tetapi ia berhenti menggali dan pergi meninggalkan galiannya. Sedangkan penambang yang berada di atas masih lumayan jauh dari tempat berlian itu tetapi ia masih memotivasi dirinya untuk tetap menggali. Dari gambar diatas sudah terlihat penambang mana yang akan mendapatkan berlian. Jadi, siapa yang terus mendorong dirinya untuk menuju kesuksesan dan tidak akan berhenti di tengah, ialah yang akan mendapatkan hasil yang sesuai.

Kesimpulan dari motivasi adalah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan.

0

Pengertian dan Contoh Emosi

Berasal dari kata Latin emotion menurut kamus berarti di luar atau ke luar atau getaran pikiran atau guncangan perasaan/jiwa. Emosi berada di perasaan bukan di otak, jika kita memakai logika maka emosi tidak akan muncul tapi jika kita memakai perasaan emosi akan muncul. Jika emosi ditahan oleh pria ia akan terkena penyakit diabetes, jika yang menahan emosi adalah seorang wanita ia akan terkena penyakit kanker.

Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, sedangkan emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Sehingga, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.

Ada 5 macam keadaan emosi, yaitu, marah, ketakutan, kegembiraan, menyenangkan, dan kegelisahan atau dukacita. Ekpresi emosi ada 2 macam, ekspresi verbal yang meliputi tulisan dan ungkapan verbal. Dan ekspresi non verbal yaitu suatu ekspresi dari bentuk fisiologis tubuh serta nada suara yang digunakan induvidu sewaktu mengalami fase emosi. Emosi bisa berasal dari faktor lingkungan, faktor afektif, dan faktor kognitif.

Contoh emosi :

2Ada seorang perempuan remaja yang memiliki seorang pacar, mereka sudah menjalin hubungan itu selama 3 tahun lamanya. Lalu di suatu ketika sang pria meminta hubungan mereka berdua berakhir begitu saja. Emosi yang berada di diri sang perempuan saat itu sangat marah, sedih, kecewa dan emosi negative lainnya.

Kesimpulan dari emosi adalah setiap induvidu mempunyai karakteristik emosinya masing-masing. Emosi memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan. Baik buruknya emosi tergantung bagaimana kita bisa menyikapinya. Emosi bisa mendatangkan keburukan jika induvidu tersebut tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik, dan bisa juga mendatangkan kebaikan ketika induvidu tersebut dapat mengolahnya dengan baik. Oleh karena itu kita sebagai manusia harus bisa mengendalikan emosi kita dengan baik karena keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan saja, tetapi emosi juga berpengaruh dalam menentukan kesuksesan kita.