0

Kenanga (Cananga odorata)

3924774269_013bee2582_z

Kenanga (Cananga odorata) merupakan bunga khas (flora identitas) provinsi Sumatera Utara. Di daerah di Indonesia bunga Kenanga dikenal berbagai nama seperti Kananga (Sunda, Madura), Kenanga, Wangsa (Jawa), Kenanga, Semanga, Selanga (Aceh), Selanga (Gayo), Nuarai (Simalungun), Ngana-ngana (Nias), Ananga, Kananga (Minangkabau).

Selain itu dikenal juga sebagai Sandat Kanaga, Sandat Wanga (Bali), Adat (Sasak), Anga (Bima), Tenanga (Sawu), Bunga Kaeik (Roti), Amok, Wungurer, Kumpul, Pum-pum, Wal im puket, Luit (Minahasa), Kananga (Bugis), Wanggulita (Gorontalo) Sapalin, Kupa Apale, Sukalone, Kupa Aitetui, Kupa Aiouno, Sipaniune, Kupaleuo (Seram), Sapalen, Walotol (Ulias), Sapalen, Kumbang (Buru), dan Kananga Wangi (Ambon).

Dalam bahasa Inggris bunga Kenanga dikenal sebagai Ylang-ylang. Dan dalam bahasa latin (ilmiah) flora identitas provinsi Sumatera Utara ini dinamai Cananga odorata.

ylangylang01

Pohon kenanga terdiri atas dua macam. Yang pertama adalah kenanga biasa (Cananga odorata macrophylla) yang berbentuk pohon dengan tinggi mencapai 20 meter. Kedua, kenanga perdu (Cananga odorata fruticosa) yang biasa ditanama sebagai tanaman hias dengan tinggi maksimal 3 meter.

Diskripsi Kenanga (Cananga odorata). Pohon kenanga mempunyai pohon yang besar dengan diameter batang mencapai 70 cm dan tinggi hingga 20 meter. Batangnya membulat dan mudah patah terutama saat masih muda. Daun kenanga tunggal berbentuk bulat telur, dengan pangkal daun mirip jantung dan ujung daun runcing. Panjang daun mencapai 10 – 23 cm, dan lebar 4,5 – 14 cm.

Bunga kenanga muncul di batang pohon atau ranting bagian atas dengan susunan bunga yang spesifik menyerupai bintang. Susunan bunga tersebut majemuk dengan garpu-garpu. Bunga kenanga beraroma harum dan khas. Buah Kenanga berbentuk bulat telur terbalik, sepanjang dua cm, berdaging tebal, berwarna hijau ketika masih muda, dan menjadi hitam setelah tua.

Tanaman Kenanga (Cananga odorata) yang ditetapkan menjadi flora identitas Sumatera Utara tumbuh tersebar dari Thailand hingga Australia bagian Utara, juga di India dan pulau-pulau di Pasifik sampai ke Hawaii. Di Indonesia, tanaman kenanga tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kenanga dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 1200 m dpl., menghendaki iklim panas dengan curah hujan antara 300 – 500 mm sinar matahari yang cukup dengan suhu 25 – 30 °C.

Manfaat Kenanga (Cananga odorata). Tanaman Kenanga dimanfaatkan terutama bunganya. Bunga kenanga yang bearoma wangi dan harus dengan baunya yang khas dapat disuling menjadi parfum dan bahan kosmetika lainnya. Bahkan sejak dahulu telah dipergunakan sebagai pengharum tubuh, rambut, pakaian maupun ruangan.

Bunga Kenanga bersama Melati dan Mawar digunakan sebagai bunga tabur saat berziarah. Juga sering digunakan dalam berbagai upacara adat di berbagai daerah di Indonesia.

Selain itu bunga Kenanga ternyata juga telah dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang mempunyai khasiat untuk obat pembersih sehabis melahirkan, obat sesak nafas dan bronkhitis, serta obat malaria.

Bunga Wangi yang Penuh Mitos

Walau cukup mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita, tahukah kita jika tanaman ini mempunyai banyak manfaat yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Kehadirannya sebagai tanaman semak atau pohon kecil, bunga kenanga banyak dimanfaatkan langsung setelah dipetik. Warnanya yang kuning cerah saat bunga berkembang cukup umur, memberikan kesan segar di taman yang hijau.

Tanaman yang termasuk famili Annonaceae ini, mempunyai dua jenis utama yaitu Cananga odorata forma macrophylla, yang dikenal sebagai Kenanga asli Indonesia dan Cananga odorata forma genuina atau Kenanga asli Filipina.

Walaupun bentuknya termasuk jenis pohon berukuran kecil hingga sedang, jika tanaman ini ditanam di dalam pot, juga dapat menjadi hiasan di pinggir sudut teras yang semi teduh. Untuk perawatannya pun tidak sulit. Sama seperti jenis tanaman bunga lainnya, tanaman ini memerlukan aliran udara yang baik, sinar matahari dan keperluan pupuk yang cukup. Sesekali dilakukan pemangkasan untuk merangsang pembungaan dan mengatur pertumbuhan cabangnya. Untuk perbanyakannya, dapat dilakukan cara stek batang atau cangkok.

Dari Mitos, Tradisi, hingga Terapi Kesehatan

 Sebagai mitos, dalam kebudayaan Jawa, kehadiran bunga Kenanga di dalam taman dapat menjadi penangkal ilmu hitam, guna-guna dan sejenisnya untuk melindungi rumah beserta isinya. Ada juga yang mempercayai bawah dengan menanam pohon ini di taman, akan enteng jodoh bagi anggota keluarga yang belum berkeluarga.

Di Indonesia, banyak acara adat atau perawatan tubuh dengan menggunakan berbagai jenis bunga termasuk bunga Kenanga ini. Misalnya saja untuk acara penikahan, selain bunga melati, bunga kenanga juga turut serta dalam menghias dan menambahkan aroma wangi yang khas di sepanjang acara ataupun menghiasi sebuah ruangan. Untuk perawatan tubuh, bunga ini digunakan sebagai pewangi pada rambut dan seluruh tubuh dengan sari minyak bunganya.

Untuk fungsi sebagai tanaman herbal, Kenanga juga tidak kalah bermanfaatnya. Kandungan kimia yang ada pada bagian bunga dan kulitnya ini dapat berfungsi sebagai obat penyembuh bagi penyakit malaria, asma/sesak nafas, bronchitis dan minuman menyehatkan (jamu) saat setelah melahirkan. Caranya dapat dengan menyeduh bunga yang sudah dikeringkan atau direbus beserta beberapa jenis bahan lainnya, lalu kemudian diminum dalam jangka waktu tertentu.

Bahasa Bunga, Massage Oil dan Aromaterapi

 Bunga Kenanga memiliki enam lembar daun mahkota yang berbentuk lanset, ketika muda bunga berwarna hijau dan setelah tua berwarna kuning. Bagi seseorang yang menyenangi bentuk dan warna bunga seperti ini, umumnya adalah seseorang yang menyenangkan, selalu bergembira dan penyayang. Kecenderungan awal memilih bunga yang berwarna hijau menggambarkan bahwa dirinya sangat simpatik, toleran membutuhkan pengertian dan toleransi orang lain terhadap keberadaannya. Selain itu juga seseorang tersebut mendambakan emosi yang stabil walau kadang kala sangat komunikatif dan bergembira terhadap orang lain dan senang menolong.

Indonesia merupakan penghasil minyak kenanga yang telah dikenal di mancanegara dengan nama Java Cananga Oil. Minyak ini mengandung kandungan kimia benzyl benzoat, cadinine, cincol, eugenol, farnesol, geraniol, isosafrole, safrole, limonen, linalool ester, methyl salicyte, dan lain-lain, yang terbuat dari bagian bunga dan kulit batangnya.

Dari ilmu aromaterapi, aroma bunga Kenanga tidak asing lagi untuk digunakan sehari-hari. Minyaknya mempunyai fungsi sebagai anti depresi, antiseptic, meningkatkan gairah, hypotensive dan sedative. Aroma bunga Kenanga dapat membantu menurunkan tekanan darah, dan menurunkan debaran detak jantung dengan cara membuat seseorang menjadi lebih rileks.

Dari ilmu aromaterapi, aroma bunga Kenanga tidak asing lagi untuk digunakan sehari-hari. Minyaknya mempunyai fungsi sebagai anti depresi, antiseptic, meningkatkan gairah, hypotensive dan sedative. Aroma bunga Kenanga dapat membantu menurunkan tekanan darah, dan menurunkan debaran detak jantung dengan cara membuat seseorang menjadi lebih rileks.

Bagi praktisi yoga atau meditasi rileksasi, penggunaan minyak ini dapat memperkuat chakra sacral yang terdapat di bagian tubuh sekitar perut. Pemijatan ringan menggunakan minyak Kenanga secara teratur dapat membantu masalah kesuburan dan impotent bagi organ reproduksi. Selain menstimulasi pikiran untuk lebih kreatif, sebagai minyak wangi, aroma kenanga akan bersifat sangat sensual sehingga membantu mengeluarkan inner beauty seseorang, rasa percaya diri hingga lebih feminim. Tetapi perlu diwaspadai jika menggunakannya terlalu banyak sehingga dapat membuat pusing dan rasa mual.

0

Tarsius Tarsier

 

tarsius tersier 1

Tarsius tarsier (Binatang Hantu atau Kera Hantu atau Monyet Hantu) adalah suatu jenis primata kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.

            Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming. Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.

 

tarsius tersier 2

Tarsius berburu pada malam hari, mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina. Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan “balao cengke” atau “tikus jongkok” jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon, hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.

Di Sulawesi Utara, salah satu lokasi yang menjadi habitat Tarsius spectrum adalah di Cagar Alam (CA) Tangkoko Batuangus. Catatan dari Gursky pada tahun 1998 menyebutkan kepadatan populasi Tarsius spectrum di Tangkoko Batuangus di habitat hutan primer sebanyak populasi 156 individu. Penelitian yang dilakukan baru-baru ini di kawasan tersebut oleh Lowing dkk tahun 2013 lalu menyatakan bahwa satwa nocturnal ini mendiami pohon-pohon besar dan umumnya tarsius memilih pohon Ficus sp sebagai sarang utama. Pada tahun yang sama, Saroyo dkk meneliti kepadatan tarsius bahwa berdasarkan jumlah total individu, kepadatan di daerah penelitian adalah 1,89 individu atau 189 individu.  Jika dilihat dari penelitihan sebelumnya ada sedikit peningkatan, namun demikian tidak serta merta aman dari gangguan.

Tarsius atau di Sulawesi juga sering disebut tangkasi, menurut Saroyo, salah satu pakar primata dari Sulawesi mengatakan bahwa tarsius memiliki ciri/karakter yang mendukung hidup di malam hari. “Sebagai hewan nokturnal ditandai dengan mata yang diadaptasikan untuk penglihatan malam, warna yang tidak menyolok, serta penggunaan vokalisasi yang efektif untuk komunikasi di antara anggota kelompok maupun dengan individu dari kelompok lainnya”, jelas Saroyo.

Tarsius memiliki cara unik dalam mencari makan maupun berinteraksi dengan kelompok lain yaitu dengan berpindah tempat secara melompat (leaping) dari satu cabang atau pohon ke cabang atau pohon lainnya, hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine.  Tarsius memiliki sarang dipohon-pohon hutan seperti Ficus sp dan biasanya keluar pada sore hari untuk melakukan penjelajahan di daerah jelajah mereka (home range) di sepanjang malam dan kembali ke sarang menjelang pagi. “Pada saat-saat tersebut, antara jantan dan betina pasangan akan mengeluarkan suara bersahut-sahutan yang biasa disebut duet call,” ungkap Saroyo.

Disisi lain, tarsius juga memiliki musuh yaitu predator alami seperti ular, burung hantu, biawak, dan juga tikus dapat memakannya. Satwa pesaing dari tarsius atau sebagai kompetitornya terutama hewan insektivor nokturnal seperti kelelawar pemakan serangga dan burung insektivor nokturnal.

Di alam, tarsius hidup dalam kelompok monogamy atau keluarga, yang terdiri dari satu jantan dewasa, satu jantan dewasa, dan anak-anak sebelum disapih. Kemudian setelah dewasa, si anak akan keluar dari kelompok tersebut dan membentuk sebuah kelompok baru.

Dapat juga dijumpai dalam satu sarang terdapat lebih dari satu jantan dewasa dan lebih dari satu betina dewasa, sehingga diperkirakan mereka juga dapat hidup dalam kelompok multi male – multi female (banyak jantan-banyak betina). “Secara pasti apakah mereka kawin secara acak dalam kelompok multi male-multi female ini, belum ada penelitian lebih lanjut dan diperkirakan kelompok multi male-multi female di alam sekitar 20 persen”, tambah Saroyo.

Satwa unik ini pun juga tidak lepas dari ancaman.  IUCN telah menempatkan satwa ini pada kategori rentan. Sedangkan Pemerintah telah memasukkan seluruh taksa hewan itu dalam perlindungan dalam PP. No. 7/1999 dan UU No. 5/1990. Penurunan populasi terutama disebabkan karena degradasi lingkungan, walaupun kadang-kadang diburu atau dikira tikus sehingga  dikonsumsi atau “tola-tola” pada saat mengonsumsi miras. Hilangnya habitat, perburuan untuk diperdagangkan ataupun sebagai peliharaan menjadi ancaman serius.  Untuk itu diperlukan berbagai upaya konservasi.  Salah satu upaya konservasi melalui dorongan kepada pengambil kebijakan untuk menjadikan tarsius sebagai flagship species karena jenis ini memiliki keunikan dan endemik. Shekelle dan Leksono pada tahun 2004 menungkapkan tentang upaya-upaya agar tarsius lebih diperhatikan melalui flagship species.  Menurut mereka, beberapa kelebihan mengapa satwa ini dijadikan flagship species antara lain: sebaran luas, banyak taksa endemik yang tersebar di hampir seluruh daerah endemisitas, berada di lebih banyak tipe habitat, bukan merupakan hama, tidak memiliki nilai ekonomi (misal daging atau bagian tubuh lain), dan sebagai satwa kharismatik. Selain mendorong ke arah flagship species, upaya yang lain secara simultan perlu dilakukan agar satwa ini bisa bertahan dan berkembang biak di alam.  Pemahaman terhadap pentingnya habitat bagi satwa ini kepada masyarakat luas, termasuk kepada pemerintah dan aparat penegak hukum, alternatif pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana dan berkelanjutan dapat mengurangi tekanan atau ancaman terhadap tarsius agar nantinya kita tidak hanya melihat foto dan gambarnya saja, namun masih tetap melihat mereka aman di alam.