Cyberbullying Bisa Mendatangkan Dampak Psikologis Bagi Korbannya

Nama: Tsanas Nabillah S

NPM: 17515522

Kelas: 4PA12

056168700_1462088732-apa-itu-cyberbullying

Berkembangnya teknologi di masa sekarang menjadikan semua orang termasuk remaja dituntut harus semakin ahli dalam menggunakannya, maka tak heran jika menemukan anak kecil yang berumur 5 tahun sudah pandai memainkan telpon genggam. Semakin berkembangnya teknologi maka semakin banyak juga media sosial yang bermunculan dengan menawarkan beragam fitur baru dan berbeda dari media sosial yang sebelumnya. Karena semakin banyaknya media sosial yang bermunculan tidak jarang banyak remaja yang berlomba-lomba membuat account di media sosial itu, tidak hanya satu account tapi ada beberapa orang yang membiin dua bahkan sampai memiliki 5 account di satu media sosial itu, seperti contoh Instagram, Instagram mengharuskan kita mengupdate sebuah foto atau video untuk menggunakannya. Setelah mengupdate sebuah foto dan video akan ada halaman komentar dan like disana, orang-orang bisa meninggalan sebuah komentar di foto atau video itu dan tidak jarang ada segelintir orang yang meninggalkan komentar negatif yang bisa memicu orang-orang lainnya untuk berkomentar negatif juga, kasus seperti itu bisa di sebut dengan cyberbullying.

Dikutip melalui Liputan6.com, Cyberbullying semakin merajalela di media sosial. Lembaga anti-bullying Ditch the Label melaporkan tindakan intimidasi dunia maya paling sering terjadi di Instagram. Berdasarkan survei, kolom komentar dijadikan sebagai alat utama untuk melakukan perundungan. Selain Instagram, Facebook juga sering dipakai sebagai media untuk menyerang seseorang atau kelompok. Cyberbullying disebarkan dengan membagikan foto dan video seseorang atau kelompok yang ingin pelaku jadikan korban. Bagaimana dampak psikologis para korban yang ditindas dan dianiaya melalui media sosial?

Menurut psikolog Dr MM Nilam Widyarini, MSi, cyberbullying merupakan tindakan intimidasi, penganiayaan atau pelecehan yang disengaja melalui internet yang kerap dialami oleh anak-anak dan remaja. Untuk menghindari hal tersebut, peran orangtua sangat dibutuhkan. “Ya, orangtua wajib memberikan pemahaman kepada anak-anaknya bahwa media sosial adalah ruang publik dengan aturan pribadi dan sepenuhnya harus ditaati”. papar Nilam, Selasa (20/2/2018). Cyberbullying, pada umumnya memiliki dampak hebat dan sangat melekat. “Korban menderita emosi negatif (sedih, merasa tidak berdaya, marah, dendam) yang dalam. Efeknya juga membekas dalam jangka panjang”. Parah atau tidaknya, semua tergantung intensitas emosi yang dialami seseorang akibat bullying tersebut, “Mereka yang lebih siap (antisipasi) dan lebih matang, akan lebih mampu menangkal emosi negatif saat bullying terjadi.” imbuhnya.

Jika tak kuat mental korban bisa depresi, psikolog yang menamatkan program doktor di Universitas Gadjah Mada itu mengatakan, dalam cyberbullying, ada elemen sorotan publik. “Hal ini memberikan kemungkinan pengaruh lebih besar terhadap konsep diri si korban, terutama bila bullying tersebut membuat dia merasa malu, dan konsep diri dapat menjadi sangat negatif”. Tidak hanya terpinggirkan secara psikologis, dalam interaksi sosial pun korban akan merasa minder. “Efek negatifnya, korban akan merasa rendah diri, takut, ngeri, malu, menarik diri, dan sebagainya. Bahkan, mungkin menjadi depresi. Rasa malunya bisa sangat kuat dan sangat mendalam karena dia menjadi sorotan publik di dunia maya”.

Seperti penjabaran diatas, akibat cyberbullying bisa membuat kehidupan seseorang hancur berantakan bahkan ada yang bunuh diri akibat tidak bisa menahan semua beban kehidupan yang di akibatkan dari terkenanya cyberbullying. Seperti contoh kasus dari remaja perempuan yang bernama Amanda Todd, remaja asal Kanada yang bunuh diri pada tanggal 10 Oktober 2010. Ia melakukan tindakan nekat di usianya yang baru menginjak 15 tahun karena tidak tahan menjadi bahan olok-olok di internet.

028633100_1470370752-cyberbullying_2

Semua bermula dari pengalamannya chatting dengan menggunakan webcam bersama salah satu temannya –sebut saja Mr. X, saat ia masih duduk di kelas 7. Semula Mr. X memuji kecantikannya, dan lama kelamaan memintanya berpose vulgar di depan kamera. Dengan semua bujuk rayu dari Mr. X itu, Amanda pun iseng melakukannya. Awalnya tidak terjadi apapun, hingga beberapa saat kemudian, hidup Amanda berubah. Foto-foto Amanda yang sedang berpose vulgar beredar di internet, pelakunya tidak lain adalah Mr. X itu, ternyata saat Amanda dan dirinya melakukan webcam Mr. X merekam semua dan perbuatan Mr. X tidak berhenti sampai situ, Mr. X berusaha memeras Amanda juga. Mr. X sangat tahu betul informasi detail tentang Amanda, bahkan menggunakan foto payudaranya sebagai profile picture di jejaring sosial medianya. Amanda menjadi bahan olok-olokan di internet, dilecehkan di sekolah maupun kehidupan sehari-harinya, hingga akhirnya Amanda tidak tahan lalu memutuskan untuk bunuh diri. Sebelum mengakhiri hidupnya, Amanda menceritakan kisahnya lewat flash-card yang ia rekam lalu disebarkannya di Youtube.

Dari kasus Amanda Todd yang menjadi salah satu korban cyberbullying dan akhirnya memutuska untuk mebunuh dirinya karena sudah tidak tahan dengan semua olok-olokan yang ia terima setiap saat. Analisa kasus Amanda Todd adalah ia terkena depresi akibat cyberbullying yang dilakukan oleh semua orang terhadapnya. Menurut Iyus Yosep (2007), depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Depresi pada remaja ditandai dengan adanya perubahan tingkat fungsi disertai dengan suasana perasaan depresi atau hilangnya minat pada hampir seluruh aktivitas. Remaja yang mengalami depresi akan terlihat sedih, tidak bahagia, rewel, suka mengeluh, mudah tersinggung, dan mudah marah. Remaja dengan depresi merasa bahwa tidak ada yang memperhatikan dan menyayanginya (Rey, 2002).

Ciri-ciri atau gejala-gejala depresi Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic and Statistical manual IV-Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000). Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya.

Gejala depresi dibagi menjadi tiga gejala, yaitu gejala fisik, psikis dan gejala sosial.

  • Gejala Fisik
  1. Gangguan pola tidur ; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)
  2. Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai
  3. Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
  4. Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
  5. Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
  6. Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
  7. Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
  • Gejala Psikis
  1. Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus menerus
  2. Rasa putus asa dan pesimis
  3. Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya atau tidak berguna
  4. Tidak tenang dan gampang tersinggung
  5. Berpikir ingin mati atau bunuh diri
  6. Sensitif
  7. Kehilangan rasa percaya diri
  • Gejala Sosial
  1. Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri, malas)
  2. Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
  3. Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri

Walau pada artikel tidak di jelaskan apakah Amanda Todd menampakkan gejala fisik dan psikis tetapi pada artikel di tulis bahwa Amanda sudah tidak kuat dan memutuskan untuk bunuh diri. Depresi bisa disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Jika seseorang di dalam riwayat kesehatannya memiliki keluarga yang mengalami depresi, maka terdapat kecenderungan untuk mengalami depresi juga. Faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi dapat dibagi atas faktor biologi, faktor psikologis atau kepribadian dan faktor sosial. Dimana ketiga faktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

  • Faktor Biologi

Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan system limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus. Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotrasmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Pada wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menoupose juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Penyakit fisik yang berkepanjangan sehingga menyebabkan stress dan juga dapat menyebabkan depresi.

  • Faktor Psikologis atau Kepribadian

Individu yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif, dan menggunakan ruminative coping. Ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung focus pada tekanan yang mereka rasa dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk merubah situasi. Pemikiran irasional yaitu pemikiran yang salah dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak beruntungan. Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya. Hal ini dapat menyebabkan pesimisme dan apatis.

  • Faktor Sosial

Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan dan kegagalan pekerjaan, pasca bencana, melahirkan, masalah keuangan, ketergantungan terhadap narkoba atau alkhohol, trauma masa kecil, terisolasi secara sosial faktor usia dan gender, tuntutan dan peran sosial misalnya untuk tampil baik, menjadi juara di sekolah ataupun tempat kerja, maupun dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.

Resiko yang bisa timbul karena depresi adalah bunuh diri, orang yang menderita depresi memiliki perasaan kesepian, ketidak berdayaan dan putus asa sehingga mereka mempertimbangkan untuk membunuh dirinya sendiri ini adalah resiko yang paling parah yang dialami oleh orang yang depresi. Resiko selanjutnya adalah gangguan tidur, gangguan tidur dan depresi biasanya cendrung muncul secara bersamaan setidaknya 80% dari orang yang enderita depresi mengalami insomnia dan 15% mengalami gangguan tidur yang berlebihan. Selanjutnya ada gangguan interpersonal, individu yang mengalami depresi cendrung mudah tersinggung, sedih yang berkepanjangan sehingga cendrung menarik diri dan menjauhkan diri dari orang lain hal ini menyebabkan hubungan dengan orang lain maupun lingkungan sekitar menjadi tidak baik. Kemudian akan mengalami gangguan dalam pekerjaan, orang yang menderita depresi cenderung memiliki motivasi yang menurun untuk melakukan aktivitas ataupun minat pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan pola makan, pada penderita depresi terdapat dua kecenderungan umum menegenai pola makan yang secara nyata mempengaruhi berat tubuh yaitu,  tidak selera makan dan keinginan memakan makanan yang manis berlebih. Dan resiko yang terakhir adalah perilaku-perilaku merusak, beberapa orang yang menderita depresi memiliki perilaku yang merusak seperti, agresivitas dan kekerasan, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkhohol, serta perilaku merokok yang berlebihan.

Untuk itu sebagai manusia yang menggunakan dan menikmati kemajuan teknologi, kita juga harus menjadi manusia yang cerdas dengan tidak menulis komentar atau memposting sesuatu yang tidak berguna yang bisa menyakiti perasaan seseorang. Dan untuk siapapun yang merasa menjadi korban cyberbullying ada cara untuk mengatasi cyberbullying menurut laman ConnectSafely, ada tiga cara manjur dalam menangkal serangan cyberbullying :

  • Jangan respons, anda tak perlu merespons komentar yang bersifat intimidatif, mencaci, mengejek, menghina, dan mencela. Jika anda bereaksi, pelaku bullying akan puas dan terus-menerus melakukan hal ini.
  • Jangan balas dendam, masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. Anggap saja ujaran kebencian dari orang sebagai angin lalu. anda tidak perlu membalas dendam. Jika anda membalas secara terang-terangan, pelaku perundungan akan terus mencari “sekutu” pem-bully yang baru.
  • Simpan bukti cyberbullying, daripada balas dendam lebih baik anda meng-capture bukti bullying yang dilakukan di media sosial, baik itu teks, foto, atau komentar buruk agar bisa ditunjukkan ke pihak berwenang.

Jadilah manusia yang memanusiakan manusia, jangan bertindak bodoh dalam menggunakan sosial media. Dalam berperilaku semuanya memiliki etika, begitu juga dengan menggunakan media sosial. Sebarkan lah kebahagiaan, karena bahagia itu menular.

Daftar Pustaka:

Dirgayunita, A. (2016). Depresi: Ciri, penyebab dan penanganannya. Journal An-nafs: Kajian dan penelitian psikologi, 1(1), 1-14.

https://www.liputan6.com/health/read/3304433/psikolog-cyberbullying-bisa-membuat-korban-jadi-depresi (diakses pada tanggal 27 Oktober 2018; pukul 12.25 WIB).

https://health.detik.com/ulasan-khas/d-2482273/kasus-kasus-cyberbullying-yang-berakhir-tragis-dituduh-gay-sampai-diperas/3/#news (diakses pada tanggal 27 Oktober 2018; pukul 12.43 WIB).

http://makassar.tribunnews.com/2016/11/20/kisah-amanda-satu-saksi-jagat-maya-renggut-nyawa?page=3 (diakses pada tanggal 27 Oktober 2018; pukul 12.43 WIB).

Rey, J. (2002). More than just the blues: Understanding serious teenage problems. New Shouth Wales: Simon & Schuster.

Tinggalkan komentar